Jumat, 02 November 2018

Macam-macam Perayaan dan Festival Jepang di Bulan November dan Desember



Bulan November
·  Tanggal 12 sampai 18, tahun 2005 (tanggal 11 sampai 17 dari bulan ke-10, dalam kalender kuno)
Festival Kami-ari, di Kuil Izumo, Izumo, Prefektur Shimane
Dikatakan bahwa terdapat 8 juta dewa tinggal di Jepang, dan bahwa mereka semua pergi ke pertemuan tahunan di Izumo pada hari ke-10 bulan ke-10 (kalender kuno, November di kalender modern). Nama festival, “Kami-ari”, berarti “Para dewa semuanya hadir”. Karena semua dewa ada di Izumo, di tempat lainnya di Jepang tidak ada, sehingga bulan Oktober secara tradisional disebut Kannazuki (bulan tanpa dewa). (Sumber : Nipponnia No. 34, 15 September 2005)
·  Tori no Hi (Hari Ayam Jago)
Tori no Ichi (Pameran Hari Ayam Jago)
Di bulan November, pada Hari Ayam Jago (salah satu dari “12 Shio” di kalender kuno Cina), diadakan festival pasar di kuil di bagian-bagian yang berlainan di negeri ini. Pasar ini dikatakan untuk membawa kemakmuran dan keuntungan. Salah satu barang yang dijual di sana adalah penggaruk kumade yang dihias. (Sumber : Nipponnia No. 34, 15 September 2005)
·  Tanggal 15
Shichi-go-san (Festival 7-5-3)
Pada hari ini, para orang tua mendandani anak-anak mereka dengan pakaian tradisional resmi, dan membawa mereka ke kuil untuk merayakan pertumbuhan mereka. Anak laki-laki pergi ketika berusia 5 tahun, anak perempuan ketika berusia 3 dan 7 tahun. Selama festival, anak-anak pasti akan diberi chitose ame (permen seribu tahun). Di dalam foto, anak laki-laki dan perempuan memegang kantung yang berisi permen. Chitose ame yang panjang dan tipis, yang bahkan menjadi lebih panjang ketika ditarik, adalah jimat keberuntungan yang melambangkan keinginan untuk umur yang sangat panjang. (Sumber : Nipponnia No. 34, 15 September 2005)

Bulan Desember
·  Seluruh bulan
Bonen-kai (pesta akhir tahun)
Salah satu peristiwa yang paling disenangi untuk banyak orang. Waktu saat alkohol dapat diminum bebas, setiap orang mengambil makanan rebus dari panci bersama, dan teman kerja saling mengakui nilai masing-masing sebagai kolega kerja. Teman-teman juga berkumpul bersama untuk pesta yang serupa. (Sumber : Nipponnia No. 34, 15 September 2005)
·  Tanggal 24
Malam Natal
Di Jepang, Malam Natal (24 Desember) adalah waktu untuk percintaan, hari dimana para pasangan muda mengukuhkan kembali rasa cinta mereka. Juga merupakan waktu anak-anak mendapatkan hadiah. Sehingga seperti yang dapat Anda lihat, Natal di Jepang hanya mempunyai sedikit arti yang bersifat keagamaan. Dimulai pada awal bulan, pohon natal yang besar dan pajangan lampu menghiasi jalan, dan anda akan mendengar banyak rekaman lagu Natal. (Sumber : Nipponnia No. 34, 15 September 2005)
·  Tanggal 31
O-misoka (Malam Tahun Baru)
Malam Tahun Baru disebut o-misoka atau joya. Tepat di tengah malam, lonceng kane di kuil di seluruh negeri berbunyi 108 kali. Kebiasaan ini disebut joya no kane. Mengapa 108 kali? Untuk menghapuskan 108 kegagalan manusia dari hati para pendengar, termasuk diantaranya nafsu, keserakahan, kemarahan dan iri hati. Foto ini, diambil di Kuil Chion-in di Kyoto, memperlihatkan pendeta yang mengayunkan seluruh tubuhnya ke belakang untuk menarik pemukul yang sangat besar lebih keras ke arah lonceng. Sebelum tengah malam, sesuai dengan tradisi, keluarga berkumpul untuk makan toshi-koshi soba (mi soba yang melambangkan keinginan untuk umur panjang). Kemudian waktunya untuk merayakan datangnya tahun baru, dan mendengarkan lonceng kuil. (Sumber : Nipponnia No. 34, 15 September 2005)

Source : http://meita-seputarjepang.blogspot.co.id/2008/05/macam-macam-perayaan-dan-festival-di.html?m=1

Kamis, 01 November 2018

Nure Onna, Makhluk Gaib Berbentuk Ular


Kali ini mimin bahas tentang makhluk gaib berbentuk ular yuk dibaca cerita malam jum'atnyaa.., cekidottt!
Dalam cerita rakyat Jepang, Nure-onna (濡女) adalah youkai yang menyerupai makhluk amfibi dengan kepala seorang wanita dan tubuh dari ular. Sementara deskripsi penampilannya bervariasi sedikit dari cerita ke cerita, makhluk ini sering digambarkan memiliki panjang sekitar 300 m dan memiliki mata seperti ular, cakar panjang, taring, dan rambut panjang yang indah. Nure-onna biasanya terlihat di pantai sedang mencuci rambutnya.
Tujuan kemunculan Nure-onna ini tidak diketahui. Dalam beberapa cerita, dia adalah makhluk mengerikan yang cukup kuat untuk menghancurkan pohon dengan ekornya dan memakan manusia. Dia membawa sesuatu seperti bundelan anak kecil yang ia gunakan untuk menarik calon korban. Jika seseorang bermaksud baik dan menawarkan untuk menggendong bayi baginya, Nure-onna akan membiarkan mereka. Jika mereka mencoba untuk membuang bundelan itu karena memang bukan berisi anak kecil sama sekali, maka sebaliknya, bundelan itu menjadi sangat berat dan mencegah korban dari melarikan diri. Dia kemudian menggunakan lidah ular yang panjang untuk menyedot semua darah dari tubuh korbannya. Dalam cerita lain, Nure-onna hanya mencari keheningan saat ia mencuci rambutnya dan bereaksi keras terhadap orang-orang yang mengganggunya. Selain Nure-onna ada satu lagi makhluk ular yang dikenal di Jepang yaitu Rokurokubi.
Rokurokubi
Rokurokubi (辘轳首) termasuk youkai yang ditemukan dalam cerita rakyat Jepang. Mereka terlihat seperti manusia normal pada siang hari, tetapi pada malam hari mereka memiliki kemampuan untuk meregangkan leher mereka hingga ukuran yang sangat panjang. Mereka juga dapat mengubah wajah mereka menjadi seperti Oni yang menakutkan untuk menakut-nakuti manusia.
Rokurokubi sering hidup tidak terdeteksi dan bahkan dapat mengambil pasangan dari jenis manusia. Banyak Rokurokubi menjadi begitu terbiasa hidup seperti manusia hingga mereka harus merasakan sakit yang luar biasa dan berusaha keras dalam menjaga rahasia bentuk setan mereka. Mereka adalah penipu alami, bagaimanapun juga dorongan untuk menakut-nakuti dan memata-matai manusia sulit untuk ditolak.
Beberapa Rokurokubi mengungkapkan diri mereka hanya kepada para pemabuk, orang-orang bodoh, mereka yang sedang tertidur, atau buta dalam rangka untuk memuaskan dorongan ini.
Sedangkan Rokurokubi lain tidak punya rasa bersalah tersebut dan menakuti manusia.
Beberapa, dikatakan, bahkan tidak menyadari sifat sejati mereka dan menganggap mereka adalah manusia normal.
Kelompok terakhir ini meregangkan leher mereka keluar saat tidur secara spontan. Setelah bangun di pagi hari, mereka merasa bahwa mereka memiliki mimpi aneh tentang melihat lingkungan mereka dari sudut yang tidak alami.
Menurut beberapa cerita, Rokurokubi pernah menjadi manusia normal, tetapi diubah oleh karma karena melanggar berbagai ajaran agama Buddha. Seringkali, Rokurokubi ini benar-benar menyeramkan. Mereka makan orang atau minum darah manusia daripada sekedar menakut-nakuti. Setan Rokurokubi ini sering memiliki mangsa favorit, seperti orang lain yang telah melanggar ajaran Buddha atau manusia laki-laki.
Dalam cerita rakyat yang dikumpulkan untuk bukunya, Kwaidan oleh Lafcadio Hearn, Nukekubi salah diidentifikasi sebagai Rokurokubi. Kesalahan ini juga muncul dalam buku Perjuangan Fantasy, Sword of the Samurai, dan dalam novel Stephen Dedman : The Art of Arrow-Cutting. Nukekubi adalah makhluk yang serupa namun sedikit berbeda dari cerita rakyat Jepang; bukannya leher yang meregang, Nukekubi memiliki kepala yang benar-benar putus.

Source : Japan Course (@ine0489k)

Mengenal Chanoyu, Upacara Minum Teh Ala Jepang


Ada yang sudah pernah melihat upacara minum teh Jepang? kalau tidak pernah melihat secara langsung, paling tidak cobalah melihat videonya lewat youtube maupun media lainnya untuk menambah wawasan pengetahuan kebudayaan Jepang.
Arti kata Chanoyu sebenarnya adalah “air panas untuk teh”. Namun kemudian berkembang lebih luas menjadi upacara minum teh dalam tradisi Jepang, dalam chanoyu setiap peserta diharapkan mengalami ketenangan. Karena chanoyu sendiri dianggap sebagai bagian dari meditasi untuk mendapatkan keseimbangan jiwa (ketenangan diri).
Dalam upacara ini, teh disiapkan oleh seorang ahli khusus dan disajikan untuk sekelompok kecil orang dengan tata cara tertentu. Istilah chanoyu sendiri bisa juga disebut chadou atau sadou. Untuk bisa menjadi ahli chanoyu, dibutuhkan pengetahuan mendalam tentang tipe teh, kimono, kaligrafi Jepang, ikebana dan berbagai pengetahuan tradisional lain. Itulah sebabnya tak sembarangan orang bisa menjadi ahli chanoyu, bahkan mungkin dibutuhkan proses belajar puluhan tahun. Dan bagi orang-orang yang ingin ikut ambil bagian dalam chanoyu pun diwajibkan memiliki pengetahuan etika yang berlaku dalam upacara ini. Hal ini tak mengherankan, karena chanoyu telah menjadi salah satu bagian paling penting dari tradisi Jepang.
Tradisi minum teh sendiri sudah dikenal bangsa Jepang sejak abad ke-9, dibawa oleh biksu Jepang Eichu yang saat itu baru kembali dari China. Di negeri asalnya, China, tradisi minum teh konon telah ada sejak sebelum peradaban Masehi dimulai. Sama seperti di China, kebiasaan minum teh di Jepang awalnya adalah untuk tujuan medis, namun kemudian berkembang menjadi kegemaran dan bahkan lalu menjadi tradisi yang unik.
Pada abad 12, jenis teh yang baru, Matcha, diperkenalkan oleh Eisai, seorang biksu Jepang yang juga baru kembali dari China. Teh hijau dalam bentuk bubuk ini awalnya digunakan untuk ritual keagamaan di biara Budha Zen. Matcha berasal dari tanaman yang serupa dengan teh hitam, namun tidak difermentasi, melainkan digiling hingga berbentuk tepung.
Pada abad 16 tradisi minum teh telah menyebar ke seluruh golongan masyarakat di Jepang. Figur yang paling dikenal dalam dunia chanoyu saat itu adalah Sen no Rikyu, yang mengajarkan konsep ichi-go-ichi-e, bahwa setiap pertemuan chanoyu harus dianggap berharga, karena hal itu tak dapat diulangi lagi. Prinsip yang dianutnya harmoni, penghormatan, kemurnian dan ketenangan tetap menjadi prinsip dasar chanoyu hingga saat ini.
Jika menuruti tradisi Jepang, chanoyu biasanya diadakan pada sebuah ruang tertentu yang disebut chasitsu (ruang teh). Terdapat 2 jenis chasitsu, yaitu sebuah bangunan tersendiri yang terdiri dari beberapa ruang (di Inggris juga memiliki tradisi minum teh, dikenal sebagai tea houses/rumah teh) atau ruangan yang berada dalam suatu bangunan namun dikhususkan untuk upacara minum teh (di Inggris dikenal sebagai tea rooms/ruang teh).
Chasitsu
Rumah teh biasanya berupa bangunan sederhana yang kecil, terbuat dari kayu. Letaknya di area yang terpisah pada bagian yang tenang. Namun pada masa kini biasanya terdapat di kebun atau taman.
Peralatan Chanoyu
Inilah beberapa tata cara meminum teh di Jepang :
1.  Seorang ahli Chanoyu menyiapkan teh dan memberikan cangkir kepada tamu (biasanya lelaki diberi cangkir yang simple dan wanita diberi cangkir bunga.
2.   Posisi duduk dengan dada tegap dan kaki dilipat ke belakang (bagi muslim seperti duduk diantara dua sujud).
3.  Sebelum menempelkan cangkir ke bibir, cangkir diletakkan di telapak tangan kiri dan tangan kanan harus memutar cangkir 180 derajat dalam tiga putaran. Jika kita lupa melakukan hal ini maka kita dianggap tidak sopan dan tuan rumah akan tersinggung. Karena gambar bunga-bunganya harus terlihat di depan sehingga tuan rumah mengetahui bahwa kita sangat menikmati teh tersebut.

Source :
http://nihongo-benkyoushimasu.blogspot.com/p/kebudayaa.html
https://japanesestation.com/yuk-belajar-tata-cara-minum-teh-di-jepang/