Kamis, 09 November 2017

5 Lokasi dalam Mitologi dan Cerita Rakyat Jepang yang Dapat Dikunjungi

Ohayou gozaimasu~
Nih mimin posting artikel menarik yang mimin temukan di Travel Rakuten…
Jepang amat kaya dengan berbagai legenda dan cerita rakyat, sebagian di antaranya terkait dengan tempat yang benar-benar ada. Berikut adalah sebagian tempat yang terkenal dan sudah pasti sangat menarik untuk dikunjungi!
1.    Legenda Kappa (Tono, Iwate) 
Kappa adalah makhluk mitologis Jepang yang paling khas, dan legenda menyangkut kappa dapat ditemukan di seluruh penjuru Jepang, namun legenda yang berkaitan dengan kappa menjadi populer ke seluruh Jepang mungkin berkat kota kecil Tono yang tenang di Perfektur Iwate. Kunio Yanagita, salah satu folkloris paling terkemuka di Jepang, mengumpulkan tradisi lisan di Tono dan menerbitkannya dengan judul Kisah-Kisah Tono pada tahun 1912. Selain kappa, kisah-kisah yang menceritakan berbagai macam fenomena yang seram dapat dibaca dalam antologi tersebut, yang sejak itu memberi Tono reputasi sebagai “Kota Cerita Rakyat” Jepang.
Syukurlah, bentang alam di Tono tetap mempertahankan banyak dari daya pikat penuh teka-teki seperti yang disebutkan dalam buku kisah tersebut. Salah satu tempat yang cukup terkenal adalah sungai kecil di samping kuil yang dianggap dihuni oleh satu kappa yang nakal, dedemit air yang amat suka pada timun dan daging. Sumber kekuatan kappa dikatakan berasal dari air yang mengisi cekungan seperti mangkuk di atas ubun-ubunnya. Namun, apabila Anda sampai bertemu dengan kappa, Anda tinggal membungkuk kepadanya. Dedemit yang amat sopan ini akan membalas membungkuk dan akan kehilangan kekuatannya karena air yang ada di mangkuk kepalanya tumpah.
2.    Momotaro (Okayama dan Megijima)
Sekalipun lokasi asal untuk salah satu kisah rakyat paling dicintai di Jepang, yakni Momotaro, masih diperdebatkan, tetapi sering dikaitkan dengan Perfektur Okayama, di mana “Si Bocah Persik” itu dianggap sebagai pahlawan setempat dan terdapat banyak referensi terhadap legenda tersebut. Pulau gergasi tempat terjadinya pertempuran yang menentukan diperkirakan adalah Pulau Megijima di Perfektur Kagawa, tak jauh dari sana. Di pulau itu ada banyak gua yang dapat menjadi tempat sembunyi yang sempurna bagi para gergasi yang takut pada Momotaro.
Menurut kisahnya, sepasang suami istri yang sudah renta namun ingin punya anak menemukan satu buah persik raksasa mengapung di sungai. Secara ajaib, seorang anak kecil melompat keluar dari persik itu dan pasangan itu langsung mengambilnya sebagai anak mereka, memberinya nama Momotaro. Suatu hari, anak itu pergi dari rumah untuk melawan sejumlah gergasi yang telah meneror wilayah itu, dan dia memperoleh sahabat seekor anjing, seekor kera, dan seekor burung pegar dalam perjalanannya. Pada akhirnya, dia bertempur dengan para gergasi di benteng mereka di pulau dan menang, dan setelahnya dia pulang ke rumah orang tuanya dan hidup bahagia selama-lamanya.
3.    Amaterasu (Takachiho)
Menurut legenda agama asli Jepang, Shinto, dewi matahari Amaterasu menyembunyikan dirinya dalam sebuah gua karena berduka setelah saudara laki-lakinya yang liar, dewa badai Susanoo, mengamuk. Karenanya, Jepang tidak disinari matahari sampai para dewa yang lain bekerja sama untuk memancingnya keluar gua dengan menari secara penuh suka ria dan meriah.
Takachiho adalah lokasi dari gua legendaris tempat dewi matahari kembali muncul dan tidak sulit untuk dilihat bagaimana wilayah ini, dengan lembah, sungai, air terjun, dan hutan yang belum terjamah mungkin merupakan tempat terjadinya salah satu mitos paling penting dalam pembentukan Jepang. Tiap malam di Kuil Takachiho, pengulangan kisah mitos dalam bentuk tarian yang dinamakan “yokagura” diperlihatkan kepada para pengunjung. Gua itu sendiri tidak dapat dimasuki karena sakral, tetapi para pengunjung dapat melihat gua itu dari lokasi pengamatan dengan menghubungi staf pada Kuil Amanoiwato.
4.    Sai no Kawara (Gunung Osore)
Dalam pengajaran Buddha Jepang yang telah turun temurun selama beberapa abad, jiwa dari anak-anak yang meninggal secara prematur dimasukkan ke dalam semacam tempat yang disebut Sai no Kawara, yang terletak di dasar sungai di akhirat dan berlokasi di pintu masuk Neraka. Agar mereka punya cukup pahala agar dapat keluar, anak-anak itu ditugaskan untuk membangun menara kerikil yang berbentuk seperti pagoda kecil namun para gergasi menakutkan mengusir mereka dan menghancurkan hasil kerjanya. Namun, Jizo, seorang bodhisatwa dan pelindung anak-anak, menolong mereka mengawasi para anak-anak malang itu saat mereka mencoba kembali.
Sebenarnya ada beberapa tempat di Jepang yang diklaim sebagai tempat terjadinya kisah ini dengan kata lain, sebagai tempat pintu masuk ke Neraka. Gunung Osore, yang berarti Gunung yang Menakutkan, benar-benar mencerminkan gambaran ini dan merupakan satu dari tiga gunung paling sakral di Jepang. Aktivitas vulkanis di wilayah itu memberikan bentang alam yang tajam dan liang-liang uap serta kolam-kolam gelembung tersebar di seluruh wilayah. Gunung ini juga merupakan lokasi ziarah bagi para orang tua yang berduka atas kematian anaknya, dan mereka meninggalkan kincir mainan berwarna-warni dan membangun menara-menara batu kecil dalam doa mereka kepada Jizo.
5.    Legenda Hagoromo (Hutan Pinus Miho)
Legenda Hagoromo mengisahkan seorang nelayan yang menemukan sebuah hagoromo (jubah bulu) yang amat indah saat sedang mencari ikan. Saat mengambilnya, tiba-tiba muncul seorang bidadari dan memintanya untuk dikembalikan, jika tidak maka bidadari itu tak dapat kembali ke surga. Nelayan itu memintanya untuk menari tarian surga; bidadari itu memakai jubah bulu burungnya dan menari begitu indahnya sehingga nelayan itu tetap terpaku terpana saat bidadari itu terbang perlahan-lahan kembali ke rumahnya di surga.
Seperti banyak kisah rakyat di Jepang, ada beberapa tempat di Jepang yang dianggap sebagai tempat terjadinya kisah Legenda Hagoromo. Namun, yang dapat dianggap paling terkenal dari tempat-tempat tersebut adalah Hutan Pinus Miho di Perfektur Shizuoka, di mana sebentang pohon pinus hitam menciptakan kontras yang tajam dengan laut, sehingga membentuk bingkai pemandangan yang luar biasa bagi Gunung Fuji. Tidak sulit untuk membayangkan seorang bidadari naik melayang ke langit dari pemandangan semacam itu, yang telah memberi ilham banyak penyair dan seniman selama berabad-abad. Di lokasi ini terdapat sebuah pohon pinus tua yang dikatakan merupakan pohon yang digunakan oleh bidadari itu untuk menggantung jubahnya dan juga tempat sebuah kuil yang dikatakan menyimpan sisa-sisa dari jubah itu. Tiap Oktober, dilakukan sendratari noh berdasarkan kisah tersebut, dimainkan di malam hari dengan cahaya api.
Source : travel.rakuten.co.id, Japan Course (@ine0489k)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar