Minggu, 30 Desember 2018

Mengapa Jepang Merayakan Natal dengan Makan KFC?



Bagaimana bisa sebuah kampanye pemasaran restoran cepat saji berubah menjadi tradisi saat Natal bagi jutaan orang?
Setiap Natal, Ryohei Ando berkumpul bersama dengan keluarganya dalam sebuah tradisi liburan. Seperti yang dilakukan ayahnya ketika dia masih kecil, dua anak-anaknya akan merogoh ember berwarna merah dan putih dan mengambil potongan terbaik ayam goreng yang bisa mereka temukan.
Ya, ini merupakan kegembiraan Natal KFC bagi keluarga Ando. Mungkin tampaknya aneh di luar Jepang, tetapi bagi keluarga Ando dan jutaan lainnya tidak akan pernah membiarkan Natal berlalu tanpa Kentucky Fried Chicken. Setiap musim Natal diperkirakan 3,6 juta keluarga Jepang mentraktir diri mereka sendiri ayam goreng dari restoran cepat saji Amerika yang telah menjadi tradisi di seluruh negeri.
“Anak-anak saya, berpikir itu merupakan sesuatu yang wajar,” kata Ando, seorang yang bekerja dibagian departemen pemasaran di perusahaan peralatan olahraga di Tokyo, yang berusia 40 tahun.
Ketika jutaan orang merayakan Natal dengan KFC, lainnya di Jepang mentraktir diri mereka sendiri dengan liburan romantis mirip Hari Valentine, dan pasangan menandai peristiwa itu dengan makan malam di restoran kelas atas. Bagi keluarga Jepang yang lain, Natal diakui tetapi tidak dirayakan dengan cara yang khusus.
Tetapi bagi mereka yang ingin ikut serta, ini tak semudah masuk ke restoran dan memesan. Desember merupakan bulan yang sibuk bagi KFC di Jepang, penjualan harian di sejumlah restoran selama periode Natal bisa meningkat 10 kali lipat dari biasanya. Makan Malam spesial seringkali harus di pesan satu pekan sebelumnya. Dan mereka yang tidak melakukannya seringkali harus mengantri sampai berjam-jam.
Asal-usul tradisi KFC di Jepang merupakan buntut dari promosi perusahaan bahwa “setiap bisnis yang masuk ke Jepang seharusnya belajar.”
Menurut juru bicara KFC Jepang Motoichi Nakatani, tradisi ini dimulai dari Takeshi Okawara, manajer pertama KFC di negara ini. Sesaat setelah restoran ini dibuka pada 1970, Okawara bangun di tengah malam dan menuliskan ide yang datang melalui mimpi : sebuah “ember pesta” untuk dijual disaat Natal.
Okawara memimpikan ide itu setelah mendengar sepasang warga asing di tokonya berbicara mengenai bagaimana mereka merindukan makan kalkun di saat Natal, menurut Nakatani. Okawara berharap makam malam ayam goreng saat Natal dapat menjadi pengganti yang baik, dan kemudian dia mulai memasarkan “ember pesta” sebagai cara untuk merayakan liburan.
Pada 1974, KFC melakukan rencana pemasaran nasional, dengan menyebutnya Kurisumasu ni wa Kentakkii, atau Kentucky untuk Natal.
Upaya itu dengan cepat melesat, begitu pula dengan karir Okawara yang merupakan lulusan Harvard, naik menjadi presiden dan CEO dari Kentucky Fried Chicken Jepang 1984-2002.
“Ini mengisi kekosongan,” kata Rokka. “Tidak ada tradisi Natal di Jepang, dan ketika KFC datang dan mengatakan, ini yang harus kamu lakukan pada saat Natal.”
Iklan perusahaan untuk makanan Natal menggambarkan keluarga Jepang yang bahagia berkumpul mengelilingi ember ayam goreng. Tetapi ini bukan sekedar bagian dada dan paha ayam, sajian itu telah menjadi kotak makanan keluarga spesial yang diisi dengan ayam, kue dan anggur.
Setelah berpergian ke luar negeri, Ando menyadari bahwa negaranya mungkin satu-satunya yang merayakan Natal dengan seember KFC. Tetapi bagi dia, dia melihat tradisi itu lebih dari sebuah bentuk promosi perusahaan.
Bagi Ando, dia tetap berencana untuk mendapatkan KFC untuk anak-anaknya pada tahun ini. Tetapi dia mendatangi toko roti juga untuk membeli kue Natal. Di saat malam Natal, keluarga akan berkumpul mengelilingi ember KFC, seperti yang dilakukan Ando di masa kecil, dan seperti anak-anaknya akan melakukannya dengan generasi yang mendatang.
“Ini seperti sebuah simbol reuni keluarga,” kata Ando. “Ini bukan sekedar mengenai ayam. Ini mengenai membuat keluarga berkumpul, dan hanya kebetulan ada ayam yang menjadi bagian itu.”

Source : http://www.bbc.com/indonesia/vert-cap-38375432

Selasa, 25 Desember 2018

Bagaimana Orang Jepang Merayakan Natal?


Hari raya Natal di Jepang hanyalah sekedar hari libur yang dirayakan bersama selama beberapa dekade terakhir. Tapi, hari tersebut masih belum dianggap sebagai hari libur keagamaan karena tidak begitu banyak kaum kristiani yang ada di Jepang. kini natal di Jepang menyerap kebudayaan populer yang terdapat di Amerika, seperti hari valentine dan juga Halloween. Natal di negeri matahari terbit itu, dikenal sebagai waktu berbagi kebahagian.
Banyak orang Jepang merayakan Natal. Keluarga dan teman-teman beramai-ramai mengadakan pesta, tentunya dengan kue, makanan yang lezat dan berbagai dekorasi natal. Seiring dengan liburan Tahun Baru, yang menjadi peristiwa besar pada musim pesta. Sebagian besar orang Jepang tidak pergi ke gereja untuk misa Natal, dan juga Natal disana bukanlah hari libur. Para orang tua yang telah memiliki anak akan memberikan mereka “hadiah dari santa”. Malam natal disana dianggap sebagai saat yang romantis, dimana banyak pasangan menghabiskan waktu bersama lalu bertukar kartu dan hadiah natal. Candlelight dinner di restoran dan tempat-tempat romantis yang akan menjadi indah saat natal dengan tata lampunya, juga akan dipenuhi para pasangan saat malam natal di Jepang.
Orang Jepang biasanya menyantap ayam goreng saat hari natal di Jepang, percaya atau tidak, hari itu adalah hari tersibuk selama satu tahun untuk franchise restoran siap saji KFC. Makanan tradisional Jepang disaat natal adalah kue natal, bukan kue dengan berbagai buah-buahan, melainkan sponge cake yang didekorasi dengan whipped cream dan strawberry.
Sebagaimana 25 Desember di Jepang bukanlah hari libur nasional, jadi sekolah dan berbagai usaha bisnis tetap berjalan seperti biasa pada hari tersebut. dalam bahasa Jepang mengucapkan Selamat Natal (merry Christmast) dengan “Meri Kurisumasu” dan maskot terkenal pada hari natal akan dipanggil “santa-san”.
Tapi, yang lebih mendekati budaya natal Amerika di Jepang adalah Tahun Baru Jepang yang disebut “Shogatsu”, periode dimana keluarga besar berkumpul, makan makanan yang spesial, berdoa, dan saling memberikan kartu ucapan. Tahun baru di Jepang dirayakan mulai 31 Desember sampai 4 Januari di Jepang, dan itu menjadi saat-saat tersibuk di sana

Source : http://anibee.tv/news/id/fashion-lifestyle/5340/bagaimana-orang-jepang-merayakan-natal

Jumat, 02 November 2018

Macam-macam Perayaan dan Festival Jepang di Bulan November dan Desember



Bulan November
·  Tanggal 12 sampai 18, tahun 2005 (tanggal 11 sampai 17 dari bulan ke-10, dalam kalender kuno)
Festival Kami-ari, di Kuil Izumo, Izumo, Prefektur Shimane
Dikatakan bahwa terdapat 8 juta dewa tinggal di Jepang, dan bahwa mereka semua pergi ke pertemuan tahunan di Izumo pada hari ke-10 bulan ke-10 (kalender kuno, November di kalender modern). Nama festival, “Kami-ari”, berarti “Para dewa semuanya hadir”. Karena semua dewa ada di Izumo, di tempat lainnya di Jepang tidak ada, sehingga bulan Oktober secara tradisional disebut Kannazuki (bulan tanpa dewa). (Sumber : Nipponnia No. 34, 15 September 2005)
·  Tori no Hi (Hari Ayam Jago)
Tori no Ichi (Pameran Hari Ayam Jago)
Di bulan November, pada Hari Ayam Jago (salah satu dari “12 Shio” di kalender kuno Cina), diadakan festival pasar di kuil di bagian-bagian yang berlainan di negeri ini. Pasar ini dikatakan untuk membawa kemakmuran dan keuntungan. Salah satu barang yang dijual di sana adalah penggaruk kumade yang dihias. (Sumber : Nipponnia No. 34, 15 September 2005)
·  Tanggal 15
Shichi-go-san (Festival 7-5-3)
Pada hari ini, para orang tua mendandani anak-anak mereka dengan pakaian tradisional resmi, dan membawa mereka ke kuil untuk merayakan pertumbuhan mereka. Anak laki-laki pergi ketika berusia 5 tahun, anak perempuan ketika berusia 3 dan 7 tahun. Selama festival, anak-anak pasti akan diberi chitose ame (permen seribu tahun). Di dalam foto, anak laki-laki dan perempuan memegang kantung yang berisi permen. Chitose ame yang panjang dan tipis, yang bahkan menjadi lebih panjang ketika ditarik, adalah jimat keberuntungan yang melambangkan keinginan untuk umur yang sangat panjang. (Sumber : Nipponnia No. 34, 15 September 2005)

Bulan Desember
·  Seluruh bulan
Bonen-kai (pesta akhir tahun)
Salah satu peristiwa yang paling disenangi untuk banyak orang. Waktu saat alkohol dapat diminum bebas, setiap orang mengambil makanan rebus dari panci bersama, dan teman kerja saling mengakui nilai masing-masing sebagai kolega kerja. Teman-teman juga berkumpul bersama untuk pesta yang serupa. (Sumber : Nipponnia No. 34, 15 September 2005)
·  Tanggal 24
Malam Natal
Di Jepang, Malam Natal (24 Desember) adalah waktu untuk percintaan, hari dimana para pasangan muda mengukuhkan kembali rasa cinta mereka. Juga merupakan waktu anak-anak mendapatkan hadiah. Sehingga seperti yang dapat Anda lihat, Natal di Jepang hanya mempunyai sedikit arti yang bersifat keagamaan. Dimulai pada awal bulan, pohon natal yang besar dan pajangan lampu menghiasi jalan, dan anda akan mendengar banyak rekaman lagu Natal. (Sumber : Nipponnia No. 34, 15 September 2005)
·  Tanggal 31
O-misoka (Malam Tahun Baru)
Malam Tahun Baru disebut o-misoka atau joya. Tepat di tengah malam, lonceng kane di kuil di seluruh negeri berbunyi 108 kali. Kebiasaan ini disebut joya no kane. Mengapa 108 kali? Untuk menghapuskan 108 kegagalan manusia dari hati para pendengar, termasuk diantaranya nafsu, keserakahan, kemarahan dan iri hati. Foto ini, diambil di Kuil Chion-in di Kyoto, memperlihatkan pendeta yang mengayunkan seluruh tubuhnya ke belakang untuk menarik pemukul yang sangat besar lebih keras ke arah lonceng. Sebelum tengah malam, sesuai dengan tradisi, keluarga berkumpul untuk makan toshi-koshi soba (mi soba yang melambangkan keinginan untuk umur panjang). Kemudian waktunya untuk merayakan datangnya tahun baru, dan mendengarkan lonceng kuil. (Sumber : Nipponnia No. 34, 15 September 2005)

Source : http://meita-seputarjepang.blogspot.co.id/2008/05/macam-macam-perayaan-dan-festival-di.html?m=1

Kamis, 01 November 2018

Nure Onna, Makhluk Gaib Berbentuk Ular


Kali ini mimin bahas tentang makhluk gaib berbentuk ular yuk dibaca cerita malam jum'atnyaa.., cekidottt!
Dalam cerita rakyat Jepang, Nure-onna (濡女) adalah youkai yang menyerupai makhluk amfibi dengan kepala seorang wanita dan tubuh dari ular. Sementara deskripsi penampilannya bervariasi sedikit dari cerita ke cerita, makhluk ini sering digambarkan memiliki panjang sekitar 300 m dan memiliki mata seperti ular, cakar panjang, taring, dan rambut panjang yang indah. Nure-onna biasanya terlihat di pantai sedang mencuci rambutnya.
Tujuan kemunculan Nure-onna ini tidak diketahui. Dalam beberapa cerita, dia adalah makhluk mengerikan yang cukup kuat untuk menghancurkan pohon dengan ekornya dan memakan manusia. Dia membawa sesuatu seperti bundelan anak kecil yang ia gunakan untuk menarik calon korban. Jika seseorang bermaksud baik dan menawarkan untuk menggendong bayi baginya, Nure-onna akan membiarkan mereka. Jika mereka mencoba untuk membuang bundelan itu karena memang bukan berisi anak kecil sama sekali, maka sebaliknya, bundelan itu menjadi sangat berat dan mencegah korban dari melarikan diri. Dia kemudian menggunakan lidah ular yang panjang untuk menyedot semua darah dari tubuh korbannya. Dalam cerita lain, Nure-onna hanya mencari keheningan saat ia mencuci rambutnya dan bereaksi keras terhadap orang-orang yang mengganggunya. Selain Nure-onna ada satu lagi makhluk ular yang dikenal di Jepang yaitu Rokurokubi.
Rokurokubi
Rokurokubi (辘轳首) termasuk youkai yang ditemukan dalam cerita rakyat Jepang. Mereka terlihat seperti manusia normal pada siang hari, tetapi pada malam hari mereka memiliki kemampuan untuk meregangkan leher mereka hingga ukuran yang sangat panjang. Mereka juga dapat mengubah wajah mereka menjadi seperti Oni yang menakutkan untuk menakut-nakuti manusia.
Rokurokubi sering hidup tidak terdeteksi dan bahkan dapat mengambil pasangan dari jenis manusia. Banyak Rokurokubi menjadi begitu terbiasa hidup seperti manusia hingga mereka harus merasakan sakit yang luar biasa dan berusaha keras dalam menjaga rahasia bentuk setan mereka. Mereka adalah penipu alami, bagaimanapun juga dorongan untuk menakut-nakuti dan memata-matai manusia sulit untuk ditolak.
Beberapa Rokurokubi mengungkapkan diri mereka hanya kepada para pemabuk, orang-orang bodoh, mereka yang sedang tertidur, atau buta dalam rangka untuk memuaskan dorongan ini.
Sedangkan Rokurokubi lain tidak punya rasa bersalah tersebut dan menakuti manusia.
Beberapa, dikatakan, bahkan tidak menyadari sifat sejati mereka dan menganggap mereka adalah manusia normal.
Kelompok terakhir ini meregangkan leher mereka keluar saat tidur secara spontan. Setelah bangun di pagi hari, mereka merasa bahwa mereka memiliki mimpi aneh tentang melihat lingkungan mereka dari sudut yang tidak alami.
Menurut beberapa cerita, Rokurokubi pernah menjadi manusia normal, tetapi diubah oleh karma karena melanggar berbagai ajaran agama Buddha. Seringkali, Rokurokubi ini benar-benar menyeramkan. Mereka makan orang atau minum darah manusia daripada sekedar menakut-nakuti. Setan Rokurokubi ini sering memiliki mangsa favorit, seperti orang lain yang telah melanggar ajaran Buddha atau manusia laki-laki.
Dalam cerita rakyat yang dikumpulkan untuk bukunya, Kwaidan oleh Lafcadio Hearn, Nukekubi salah diidentifikasi sebagai Rokurokubi. Kesalahan ini juga muncul dalam buku Perjuangan Fantasy, Sword of the Samurai, dan dalam novel Stephen Dedman : The Art of Arrow-Cutting. Nukekubi adalah makhluk yang serupa namun sedikit berbeda dari cerita rakyat Jepang; bukannya leher yang meregang, Nukekubi memiliki kepala yang benar-benar putus.

Source : Japan Course (@ine0489k)

Mengenal Chanoyu, Upacara Minum Teh Ala Jepang


Ada yang sudah pernah melihat upacara minum teh Jepang? kalau tidak pernah melihat secara langsung, paling tidak cobalah melihat videonya lewat youtube maupun media lainnya untuk menambah wawasan pengetahuan kebudayaan Jepang.
Arti kata Chanoyu sebenarnya adalah “air panas untuk teh”. Namun kemudian berkembang lebih luas menjadi upacara minum teh dalam tradisi Jepang, dalam chanoyu setiap peserta diharapkan mengalami ketenangan. Karena chanoyu sendiri dianggap sebagai bagian dari meditasi untuk mendapatkan keseimbangan jiwa (ketenangan diri).
Dalam upacara ini, teh disiapkan oleh seorang ahli khusus dan disajikan untuk sekelompok kecil orang dengan tata cara tertentu. Istilah chanoyu sendiri bisa juga disebut chadou atau sadou. Untuk bisa menjadi ahli chanoyu, dibutuhkan pengetahuan mendalam tentang tipe teh, kimono, kaligrafi Jepang, ikebana dan berbagai pengetahuan tradisional lain. Itulah sebabnya tak sembarangan orang bisa menjadi ahli chanoyu, bahkan mungkin dibutuhkan proses belajar puluhan tahun. Dan bagi orang-orang yang ingin ikut ambil bagian dalam chanoyu pun diwajibkan memiliki pengetahuan etika yang berlaku dalam upacara ini. Hal ini tak mengherankan, karena chanoyu telah menjadi salah satu bagian paling penting dari tradisi Jepang.
Tradisi minum teh sendiri sudah dikenal bangsa Jepang sejak abad ke-9, dibawa oleh biksu Jepang Eichu yang saat itu baru kembali dari China. Di negeri asalnya, China, tradisi minum teh konon telah ada sejak sebelum peradaban Masehi dimulai. Sama seperti di China, kebiasaan minum teh di Jepang awalnya adalah untuk tujuan medis, namun kemudian berkembang menjadi kegemaran dan bahkan lalu menjadi tradisi yang unik.
Pada abad 12, jenis teh yang baru, Matcha, diperkenalkan oleh Eisai, seorang biksu Jepang yang juga baru kembali dari China. Teh hijau dalam bentuk bubuk ini awalnya digunakan untuk ritual keagamaan di biara Budha Zen. Matcha berasal dari tanaman yang serupa dengan teh hitam, namun tidak difermentasi, melainkan digiling hingga berbentuk tepung.
Pada abad 16 tradisi minum teh telah menyebar ke seluruh golongan masyarakat di Jepang. Figur yang paling dikenal dalam dunia chanoyu saat itu adalah Sen no Rikyu, yang mengajarkan konsep ichi-go-ichi-e, bahwa setiap pertemuan chanoyu harus dianggap berharga, karena hal itu tak dapat diulangi lagi. Prinsip yang dianutnya harmoni, penghormatan, kemurnian dan ketenangan tetap menjadi prinsip dasar chanoyu hingga saat ini.
Jika menuruti tradisi Jepang, chanoyu biasanya diadakan pada sebuah ruang tertentu yang disebut chasitsu (ruang teh). Terdapat 2 jenis chasitsu, yaitu sebuah bangunan tersendiri yang terdiri dari beberapa ruang (di Inggris juga memiliki tradisi minum teh, dikenal sebagai tea houses/rumah teh) atau ruangan yang berada dalam suatu bangunan namun dikhususkan untuk upacara minum teh (di Inggris dikenal sebagai tea rooms/ruang teh).
Chasitsu
Rumah teh biasanya berupa bangunan sederhana yang kecil, terbuat dari kayu. Letaknya di area yang terpisah pada bagian yang tenang. Namun pada masa kini biasanya terdapat di kebun atau taman.
Peralatan Chanoyu
Inilah beberapa tata cara meminum teh di Jepang :
1.  Seorang ahli Chanoyu menyiapkan teh dan memberikan cangkir kepada tamu (biasanya lelaki diberi cangkir yang simple dan wanita diberi cangkir bunga.
2.   Posisi duduk dengan dada tegap dan kaki dilipat ke belakang (bagi muslim seperti duduk diantara dua sujud).
3.  Sebelum menempelkan cangkir ke bibir, cangkir diletakkan di telapak tangan kiri dan tangan kanan harus memutar cangkir 180 derajat dalam tiga putaran. Jika kita lupa melakukan hal ini maka kita dianggap tidak sopan dan tuan rumah akan tersinggung. Karena gambar bunga-bunganya harus terlihat di depan sehingga tuan rumah mengetahui bahwa kita sangat menikmati teh tersebut.

Source :
http://nihongo-benkyoushimasu.blogspot.com/p/kebudayaa.html
https://japanesestation.com/yuk-belajar-tata-cara-minum-teh-di-jepang/ 

Minggu, 28 Oktober 2018

5 Alasan Kenapa Kamu Harus Berkunjung Ke Jepang



Kehidupan modern di Jepang, tak menyurutkan masyarakatnya sedikitpun untuk meninggalkan budaya aslinya. Itulah mengapa Jepang selalu memiliki daya Tarik untuk dikunjungi oleh para wisatawan. Selain terkenal dengan budayanya yang sangat kental, Jepang juga terkenal dengan kecanggihannya menciptakan temuan-temuan baru dalam bidang teknologi.
Tak sedikit orang yang bermimpi untuk pergi ke Jepang sekedar untuk berlibur ataupun serius untuk melanjutkan studi. Tak hanya itu, Jepang memang memiliki banyak tempat wisata yang luar biasa bagus yang sebagian besar tempat wisata di Jepang adalah peninggalan budaya dari para leluhur. Berikut ini adalah 5 alasan orang tertarik untuk berlibur ke Jepang. Apakah alasan kalian adalah salah satu dari alasan berikut ini?
·   Budaya Jepang Terjaga Hingga Kini dan Menarik untuk Digali
Kebudayaan di Jepang masih tetap lestari, walaupun negaranya sudah berubah menjadi negara yang sangat modern. Tak sedikit masyarakat di Jepang tetap patuh dengan budaya yang diwariskan oleh para leluhur terdahulu. Misalnya saja dalam perayaan Hanami, masyarakat Jepang mau dan rela memakai pakaian tradisional seperti kimono untuk menghadiri perayaan tersebut.
Jika kalian berlibur ke Jepang tepat disaat banyak acara perayaan-perayaan, kalian bisa melihat secara langsung kecintaan masyarakat Jepang pada budayanya sendiri. Mereka dengan bangganya menunjukkan identitas budayanya sendiri. Kalian bisa lihat sendiri, rumah-rumah tradisional yang tertata rapih dan suasananya yang damai. Jangan menunda-nunda lagi niat kalian untuk pergi ke Jepang. Yuk, segera persiapkan tiket pesawatnya!
·   Keindahan Alam dan Budaya Saling Berdampingan dengan Damai
Salah satu tempat yang bisa kalian kunjungi adalah Hokkaido. Hokkaido memang terkenal dengan keindahan alamnya, bahkan masyarakat Jepang sendiri menyebutnya sebagai “kota bukit”. Ini sesuai dengan namanya, pemandangan di daerah ini memang didominasi dengan perbukitan yang sangat indah.
Tak hanya di Hokkaido, kalian bisa mengunjungi berbagai pedesaan sisa peninggalan zaman edo di Jepang. Di pedesaan itulah kalian bisa dengan jelas melihat keindahan alam serta budaya berdampingan secara damai. Siap-siap kalian akan semakin jatuh cinta dengan Jepang.
·   Surganya Kuliner Lezat
Jepang surganya kuliner lezat? Ya, betul sekali! Kuliner di Jepang memang berhasil memikat para wisatawan yang datang dari seluruh dunia. Tempat yang sering menjadi incaran para wisatawan tak lain adalah Tokyo. Karena di Tokyo inilah kuliner-kuliner lezat dan unik ini berasal. Kalian bisa menemukan beragam kuliner lezat dan lucu di Tokyo. Seperti donat lucu berbentuk tokoh kartun hingga mencoba lezatnya Tokyo Banana. Tak hanya variasi makanannya yang lucu-lucu, ternyata jajanan tradisional Jepang pun rasanya lezat-lezat.
·   Banyak Destinasi Wisata yang Seru
Jepang memang terkenal memiliki tempat wisata lucu-lucu dan menarik, seperti salah satunya adalah Disneyland, Tokyo Disney Sea, hingga Universal Studio di Osaka. Ini juga menjadi salah satu alasan mengapa banyak orang mengincar Negara Sakura ini sebagai tempat berlibur, selain budayanya yang sangat menarik untuk dilihat.
·   Surganya Eletronik Canggih dan Murah
Bukan Jepang jika segala sesuatunya serba canggih dan modern. Di Negara ini banyak sekali elektronik yang super canggih dan harganya cukup murah jika dibandingkan dengan negara lain. Bagi kalian pecinta gadget super keren dan terbaru, kalian bisa memuaskan hobi kalian di negara ini untuk berbelanja elektronik atau pun gadget-gadget canggih.

Source : http://blog.reservasi.com/5-alasan-orang-tertarik-untuk-berlibur-ke-jepang/

Rabu, 24 Oktober 2018

Macam-macam Perayaan dan Festival Jepang di Bulan Agustus, September dan Oktober


Bulan Agustus
·   Tanggal 2 sampai 7
Festival Nebuta Aomori, di Aomori, Prefektur Aomori dan lokasi lainnya
Kereta hias sampai seberat 4 ton melewati jalan-jalan, memamerkan nebuta besar bercahaya, yang merupakan gambar yang terbuat dari kertas Jepang. Para penari yang bersemangat yang disebut haneto bergoyang seperti ombak di sekeliling kereta. Kegembiraan yang disebabkan oleh kereta dan haneto, terdapat sampai 200.000 penari di sepanjang karnaval selama enam hari, sangat mengagumkan. (Sumber : Nipponnia No. 34, 15 September 2005)
·   Tanggal 5 sampai 7
Festival Lentera Akita Kanto, di Akita, Prefektur Akita
Beratus-ratus lentera kertas choochin direntangkan di sepanjang struktur bambu panjang yang tingginya lebih dari 10 meter dipamerkan melalui kota di malam hari. Para pria menyeimbangkannya di paha atau bahu mereka adalah pemandangan yang benar-benar harus dilihat. (Sumber : Nipponnia No. 34, 15 September 2005)
·   Tanggal 9 sampai 12
Festival Yosakoi, di Kochi, Prefektur Kochi
Festival Yosakoi pertama kali diadakan di Kochi tahun 1954 untuk menolong kota ini keluar dari resesi dan merangsang ekonomi lokal. Kini, festival yang serupa diadakan di banyak bagian negeri ini. Di Kochi, sekumpulan anak muda yang bergabung, membuat festival ini menjadi karnaval rock and roll, samba dan kegembiraan lainnya. (Sumber : Nipponnia No. 34, 15 September 2005)
·   Pertengahan Agustus
Tarian Awa Odori, di Tokushima, Prefektur Tokushima dan lokasi lainnya
Mulai tanggal 12 sampai 15 Agustus, band o-hayashi yang bersemangat memainkan musik untuk Tarian Awa Odori. Lautan penari bergerak dengan berpakaian hampir seperti parade menuruni jalan-jalan utama Tokushima. (Sumber : Nipponnia No. 34, 15 September 2005)
·   Tanggal 13 sampai 18
Bon Odori Higashima Onsen, di Aizu Wakamatsu, Prefektur Fukushima
Sungai Yugawa mengalir melalui Higashima Spa, sebuah resort permandian air panas. Untuk festival o-bon, menara berwarna-warni didirikan di sungai yang dangkal. Para wisatawan, calon geisha dan yang lainnya menari sepanjang malam, bergerak mengelilingi menara sesuai dengan irama musik dan lagu rakyat. (Sumber : Nipponnia No. 34, 15 September 2005)
·   Tanggal 15
Festival Lentera Yamaga Toro, di Yamaga, Prefektur Kumamoto
Sekitar seribu wanita, dengan lentera sepuhan yang dihias dengan indah di kepala mereka, menampilkan tarian bon odori yang elegan dan membawa para penonton menuju dunia ilusi. (Sumber : Nipponnia No. 34, 15 September 2005)
·   Tanggal 16
Go-zan no Okuri-bi, di Kyoto, Prefektur Kyoto
Setelah matahari terbenam pada tanggal 16, lima buah gunung di sekitar Kyoto dinyalakan dengan api unggun yang spektakuler untuk mengucapkan selamat jalan pada roh nenek moyang. Konfigurasi api unggun bervariasi, termasuk karakter kanji dan sebuah perahu. Yang paling spektakuler adalah yang terdapat di Gunung Daimonji. Di sana, bahan tanaman yang akan dibakar diatur dalam bentuk karakter kanji Dai, yang artinya, “besar/raya”. Sebutan lainnya untuk peristiwa ini adalah Dai-monji yaki (membakar kanji “Dai”). (Sumber : Nipponnia No. 34, 15 September 2005)
·   Tanggal 24
Festival Jizo Bon, di Kyoto, Prefektur Kyoto
Acara o-bon di Kyoto berhubungan dengan patung Jizo, seharusnya berjumlah 5.000. Dewa Jizo dikatakan melindungi anak-anak dari kejahatan, sehingga banyak dari kegiatannya berkisar di sekitar anak muda. (Sumber : Nipponnia No. 34, 15 September 2005)

Bulan September
·   Tanggal 1 sampai 3
Festival Kaze no Bon di Yatsuo machi, Prefektur Toyama
Kaze berarti angin, dan bon berarti festival o-bon. Festival untuk menghindari kerusakan akibat angin diadakan di Jepang pada hari yang disebut ni hyaku toka. Ini adalah salah satu yang paling menarik. Nada yang menyedihkan dan shamisen, drum taiko dan kokyu (biola Cina) berpadu untuk mengiringi tarian indah yang berlangsung sepanjang malam dan menciptakan unsur yang misterius. (Sumber : Nipponnia No. 34, 15 September 2005)
·   Tanggal 9
Choyo no Sekku
Salah satu dari lima festival musiman sekku yang aslinya dari Cina. Festival ini diadakan pada hari ke-9 di bulan ke-9, keduanya angka ganjil, membuat hari ini sangat menguntungkan. Hari tersebut juga disebut Kiku no Sekku (Festival Krisan), karena tradisi orang Cina yang minum anggur krisan pada festival ini untuk mengusir roh jahat. Bahkan kini ada kebiasaan untuk pameran dan menikmati bunga krisan di saat ini. (Sumber : Nipponnia No. 34, 15 September 2005)
·   Tanggal 18 (tahun 2005) (kalender kuno: 15 Agustus)
Jugoya, berkumpul bersama untuk menikmati pemandangan bulan
Tanggal 15 malam dari bulan ke-8 (kalender kuno) semestinya adalah saat bulan paling indah dalam setahun. Pada malam ini, orang-orang akan mengadakan pesta menikmati bulan, makan kue-kue seperti kue dango dan taro, minum sake, dan merayakan datangnya musim gugur. Dekorasinya termasuk tanaman yang dipotong melambangkan musim gugur, seperti susuki (rumput pampas Jepang). Di beberapa distrik, waktu ini juga adalah waktu untuk mengadakan festival terima kasih untuk panen yang baik, atau untuk menghormati saudara yang telah meninggal di kuburan mereka. Persembahan yang lezat untuk leluhur mungkin dicuri oleh anak-anak, dan merupakan kebiasaan untuk membuat lelucon tentang hal ini. (Sumber : Nipponnia No. 34, 15 September 2005)

Bulan Oktober
·   Tanggal 7 dan 9
Festival Nagasaki Kunchi, di Kuil Suwa di Nagasaki, Prefektur Nagasaki
Festival ini ditetapkan sebagai aset budaya rakyat penting yang tidak berbentuk benda. Karnaval yang mengagumkan ini menarik perhatian wisatawan dari seluruh Jepang. Para anggota jemaat kuil berpartisipasi dalam penampilan yang eksotis yang termasuk tarian naga bergaya Cina yang disebut Ja Odori. (Sumber : Nipponnia No. 34, 15 September 2005)
·   Tanggal 15 dan 17
Festival Kanname, di Kuil Ise, Ise, Prefektur Mie
Pendeta Shinto mempersembahkan beras yang baru dipanen kepada para dewa dalam sebuah upacara untuk berterima kasih atas panen yang baik. Upacara Shinto yang paling penting di kuil besar ini. Penduduk setempat juga mempersembahkan beras panen pertama di kuil ini, dan menampilkan upacara hatsu ho hiki (contoh beras pertama) untuk rasa terima kasih mereka atas karunia alam. (Sumber : Nipponnia No. 34, 15 September 2005)

Source : http://meita-seputarjepang.blogspot.co.id/2008/05/macam-macam-perayaan-dan-festival-di.html?m=1

Jumat, 05 Oktober 2018

Macam-macam Perayaan dan Festival Jepang di Bulan Mei, Juni dan Juli


Bulan Mei
·    Tanggal 3 dan 4
Festival Hataka dan Dontaku, di Fukuoka, Prefektur Fukuoka
Mungkin festival terbaik di Fukuoka, kota terbesar di Kyushu. Para peserta berdandan dengan berbagai jenis kostum yang menarik, dan berparade di sekeliling kota sambil membuat keributan dengan memukul Shamoji (sendok besar kayu yang digunakan untuk menyendok nasi). Ada tarian tradisional di daerah umum yang terbuka di kota. (Sumber : Nipponnia No. 34, 15 September 2005)
·    Tanggal 5
Kodomo no Hi (Tango no Sekku, Hari Anak, hari libur Nasional)
Bendera berbentuk ikan koi “berenang” di udara, memperlihatkan birunya langit di awal bulan Mei. Keluarga menghias langit di atas rumah mereka dengan bendera-bendera seperti kaus kaki angin ini untuk merayakan Tango no Sekku (Hari Anak-anak, 5 Mei), dan untuk mengharapkan kesuksesan dan kesehatan yang baik untuk anak laki-laki di rumah. Ikan koi besar berwarna hitam (ma-goi) melambangkan ayah, yang berukuran sedang berwarna merah (hi-goi) ibunya, dan yang kecil melambangkan anak laki-laki. Bendera lima warna melambangkan rumah, dan semuanya berarti keluarga bahagia. (Sumber : Nipponnia No. 34, 15 September 2005)
·    Tanggal 14 dan 16
Festival Besar Kuil Izumo Taisha, di Kuil Izumo, Izumo, Prefektur Shimane
Sejak jaman dahulu dikatakan bahwa para dewa tinggal di Izumo, sebuah pemukiman tua dekat Laut Jepang di daerah yang sekarang dikenal sebagai Prefektur Shimane, di daerah Chugoku. Festival ini untuk menghormati Okuninushi no kami, dewa perkawinan. (Sumber : Nipponnia No. 34, 15 September 2005)
·    Tanggal 15
Festival Aoi, berpusat di Kuil Kamigamo dan Shimogamo di Kyoto, Prefektur Kyoto.
Festival Aoi, yang berkisar di sekeliling dua kuil Shinto di Kyoto, telah dirayakan selama lebih dari seribu tahun. Pada tanggal 15 Mei setiap tahun, lebih dari 500 orang mengenakan kostum tradisional dari jaman Heian (794-1185) berangkat dari Istana Kaisar Kyoto dengan menaiki kuda, dengan kereta yang ditarik oleh lembu, dan memikul tempat suci yang dapat dibawa. Mereka berparade di sepanjang jalan-jalan dan mengunjungi dua tempat suci, Shimogamo dan Kamigamo. (Sumber : Nipponnia No. 34, 15 September 2005)
·    Hari Jumat sampai Minggu pertama setelah tanggal 15
Festival Sanja, di Kuil Asakusa, Taitoku, Tokyo
Diselenggarakan di kota pada distrik Asakusa, yang dikenal sebagai bekas daerah kelas pekerja tradisional. Mungkin festival di Tokyo yang paling menyenangkan, sekumpulan orang berparade sambil memikul tempat suci yang dapat dibawa. (Sumber : Nipponnia No. 34, 15 September 2005)

Bulan Juni
·    Hari Sabtu dan Minggu pertama
Festival Weston di Kamikochi
Walter Weston adalah misionari dan pendaki gunung alpen dari Inggris. Festival ini untuk menghormati kesuksesannya dalam memperkenalkan Pegunungan Alpen Jepang kepada dunia melalui tulisannya. Festival ini juga merayakan dimulainya musim mendaki gunung di musim panas. Diselenggarakan di Kamikochi, di Prefektur Nagano. Jalan kecil di gunung yang dimulai dari sini menuju beberapa dari pendakian terbaik di Pegunungan Alpen Jepang. (Sumber : Nipponnia No. 34, 15 September 2005)
·    Tanggal 10
Festival Jam Air di Kuil Omi, Otsu, Prefektur Shiga
Di Jepang, jam air pertama dibuat sekitar 1.300 tahun yang lalu sesuai permintaan dari Kaisar Tenchi. Festival ini yang merayakan tanggal pertama kalinya jam tersebut digunakan, dan diadakan pada hari ini, disebut Toki no Kinen bi (Hari untuk memperingati waktu). Festival kuil ini mengingat Kaisar Tenchi, yang mendirikan ibukotanya di daerah ini. (Sumber : Nipponnia No. 34, 15 September 2005)
·    Akhir Mei sampai akhir Juni
Festival Iris Suigo Itako, di Itako, Prefektur Ibaraki
Kota Itako terletak di daerah yang lebih rendah dari Sungai Tone. Daerah ini mempunyai jaringan anak sungai yang sempit, dan daerah pinggir sungainya dihiasi dengan bunga iris yang mulai mekar pada akhir bulan Mei. Bunga iris berwarna ungu, kuning dan putih. Sekitar 1 juta tanaman dalam 500 jenis, tahan terhadap cuaca yang panas dan lembab di musim hujan dan menciptakan pemandangan seperti di kartu pos dengan kelopak bunga yang seringkali dipenuhi dengan titik-titik air hujan. (Sumber : Nipponnia No. 34, 15 September 2005)

Bulan Juli
·    Tanggal 1 sampai 15
Festival Hakata Gion Yamagasa, di Fukuoka, Prefektur Fukuoka
Festival diadakan di sekitar Kuil Kushida di distrik Hakata dekat Fukuoka tengah. Di hari terakhir festival ini, para pria yang bersemangat mengenakan jaket happi berdesakan di jalan sambil mengusung kereta hias yang besar, memberikan banyak kesenangan pada masyarakat. Para penonton di sepanjang jalan memberikan dukungan dan semangat mereka dengan menyiramkan air pada para peserta. Di bagian lain kota, anda dapat melihat kereta hias dengan patung besar (tingginya 12 sampai 13 meter) yang menggambarkan karakter mulai dari cerita anak-anak dan pengetahuan militer. (Sumber : Nipponnia No. 34, 15 September 2005)
·    Tanggal 7
Festival Tanabata
Dua kekasih di langit malam hari, sebenarnya, dua bintang yang dinamakan Hikoboshi (Altair) dan Princess Orihime (Vega), dapat menyeberangi Bimasakti hanya sekali dalam setahun untuk menghabiskan malam bersama, pada hari ke-7 di bulan ke-7. Atau begitulah, setidaknya, menurut legenda Cina kuno yang masuk ke Jepang pada jaman dahulu dan menjadi tercampur dengan cerita rakyat Jepang. Pertemuan di waktu malam sepasang kekasih ini adalah sebuah kesempatan untuk membuat beberapa permintaan ke surga. Permintaan di tulis pada bendera kertas warna warni dan diikat pada cabang bambu, yang kemudian dipasang vertikal untuk hiasan. (Sumber : Nipponnia No. 34, 15 September 2005)
·    Tanggal 14
Festival Api Nachi no Hi, di Nachi Katsuuracho, Prefektur Wakayama
Festival api yang spektakuler ini diadakan di Kuil Kumano Nachi, yang terdaftar sebagai Situs Warisan Dunia pada tahun 2004. Obor kayu pinus yang besar, masing-masing mempunyai berat sekitar 50 kg, menerangi jalan kecil menuju kuil. (Sumber : Nipponnia No. 34, 15 September 2005)
·    Tanggal 19 (kira-kira)
Doyo no Ushi no Hi, sekitar hari terpanas dalam setahun
Pada kalender tradisional, Doyo no Ushi no Hi terjadi di sekitar periode terpanas dalam setahun. Kelembaban juga tinggi di pertengahan bulan Juli ini. Ini adalah saat untuk memelihara kesehatan secara khusus dengan makan makanan bergizi, dan menurut cerita rakyat, ikan lele bakar yang dibumbui saus teriyaki yang manis asin adalah makanan yang cocok. Ketika aroma dari makanan ini berhembus dari warung kaba-yaki yang kecil, Anda bisa melihat orang-orang mengantri untuk membelinya. Kebiasaan menyantap ikan lele pada pertengahan musim panas dimulai pada abad ke-18, yang dipromosikan oleh para pedagang yang ingin menjual hasil tangkapan hari itu. (Sumber : Nipponnia No. 34, 15 September 2005)
·    Hari Sabtu terakhir bulan Juli
Festival Kembang Api Sungai Sumida, di Sumida-ku, Tokyo
Malam musim panas di Jepang adalah saat untuk kembang api. Festival Kembang Api Sungai Sumida, yang diselenggarakan pada hari Sabtu terakhir bulan Juli di sebuah distrik pemukiman tua dekat pusat Tokyo, telah menambah kesenangan musim panas sejak abad ke-18. Festival ini dilarang pada tahun 1960-an dan 70-an karena masalah keselamatan. Sungainya terpolusi dan rumah-rumah kayunya dianggap terlalu dekat satu sama lainnya. Tetapi pertunjukan ini diadakan kembali pada tahun 1978 dan sejak itu, ratusan dari ribuan orang datang untuk menikmatinya setiap tahun. (Sumber : Nipponnia No. 34, 15 September 2005)

Source : http://meita-seputarjepang.blogspot.co.id/2008/05/macam-macam-perayaan-dan-festival-di.html?m=1