おはよう~
Nih
mimin post dialek2 yang ada di Jepang. Silahkan dibaca yaa ^_^
Dialek
Jepang
“Ookini”,
“dandan”. Keduanya merupakan kata yang menunjukkan makna “arigatou (terima
kasih)”. Bahasa yang berbeda di setiap wilayah tetapi memiliki satu arti yang
sama seperti ini, dalam bahasa Jepang disebut dengan “hogen (dialek)”. Di sini
akan diperkenalkan mengenai dialek di masing-masing wilayah utama Jepang.
1. Dialek Hokkaido
Meskipun
hingga zaman Edo masih disebut Ezo, tetapi namanya telah diubah menjadi
Hokkaido bersamaan dengan pembentukan badan pemerintah untuk pengembangan
wilayah bagian utara oleh pemerintahan Meiji. Contoh dialek wilayah ini antara
lain seperti “namara” yang bermakna sama dengan “totemo (sangat)” dan “kepparu”
sama dengan “gambaru (berusaha, tekun, melakukan yang terbaik)” yang merupakan
dialek khas Hokkaido.
2. Dialek Tohoku
Dalam
dialek Tohoku terdapat banyak kosakata yang sangat sulit. Bahkan orang Jepang
sendiri pun tidak akan bisa memahami maknanya, jika tidak sering
mendengarkannya dengan serius. Contohnya seperti “goshagu” yang berarti sama
dengan “okoru (marah)”, “chosu” berarti sama dengan “sawaru (menyentuh)”, dan
“kameru” yang bermakna “hitomishiri suru (merasa takut atau malu dengan orang
yang tak dikenal)” dan sebagainya.
3. Dialek Kanto
Prefektur
Tochigi, Ibaraki, dan Gunma merupakan daerah yang berada di bagian utara
wilayah Kanto. Di daerah ini tersimpan banyak adat istiadat sederhana dan alam
yang melimpah yang tidak ditemukan di ibu kota (Tokyo). Di Tokyo digunakan
bahasa yang disebut sebagai “hyoujun go (bahasa standar)” dan jika berbicara
soal “bahasa Jepang” pada umumnya mengacu pada bahasa yang digunakan di wilayah
ini.
4. Dialek Shin-etsu
Wilayah
Shin-etsu yaitu wilayah yang meliputi Prefektur Niigata yang terkenal dengan
pertanian padinya, sehingga disebut sebagai Komedokoro (daerah penghasil beras)
Jepang dan Prefektur Nagano yang merupakan daerah pegunungan yang biasa
dijuluki sebagai “nihon no yane (atap Jepang)”. Akhiran “~zura” yang berarti
sama dengan “~shite shimatta” (bentuk kata kerja dalam bahasa Jepang yang
berarti menyudahi sesuatu atau pernyataan “selesai” melakukan sesuatu atau pun
pernyataan penyesalan), dan “ora” (watashi = saya) yang mengacu pada diri
sendiri merupakan contoh dialek di wilayah Shin-etsu.
5. Dialek Tokai
Yang
terletak di sekitar bagian tengah pulau Honshu merupakan wilayah Tokai.
Berbicara soal dialek Tokai, yang terkenal adalah bahasa dari “Nagoya-ben
(dialek Nagoya)” seperti “nagaya” (~desu yo, akhiran dalam kalimat bahasa Jepang
yang bermakna menegaskan sesuatu dan merupakan bentuk sopan), “dera” (totemo =
sangat), “ketta” (jitensha = sepeda) dan lainnya. Di Prefektur Shizuoka yakni
wilayah yang berbatasan dengan Kanto di bagian timur ini pun, juga memiliki
dialek yang disebut “Enshu-ben (dialek Enshu)” seperti “~damonde” (~dakara, merupakan
konjungsi yang bermakna mengungkapkan alasan atau sebab), “dara” (desho, akhiran
dalam kalimat bahasa Jepang yang bermakna memastikan sesuatu atau menyatakan anggapan)
dan sebagainya.
6. Dialek Hokuriku
Wilayah
Hokuriku memiliki banyak lokasi wisata yang akan menimbulkan kesan Jepang yang
damai dan tenang seperti daerah sumber air panas, sawah terasering, dan
reruntuhan istana, yang tersebar di banyak tempat. Dalam “Kansai-ben (dialek Kansai)”,
kata hubung “~yakedo” (dakedo, konjungsi yang menyatakan pertentangan)
dihilangkan akhiran “do” nya, sedangkan di Hokuriku memiliki karakteristik
berupa akhirannya diucapkan panjang, sehingga menjadi “~yakedo~o”.
7. Dialek Kansai
Di
wilayah ini terdapat dialek unik yang disebut dengan “Kansai-ben”. Bahasa dengan
tempo bagus, mulai dari “ookini” berarti “arigato” yang sudah diperkenalkan
pada bagian awal, “chau” berarti “chigau (bukan)”, dan “~yanen” yakni sama
dengan “~nano desu (merupakan kopula yang bersifat menjelaskan)” ini jauh lebih
dikenal dibanding dialek lainnya.
8. Dialek Chugoku
Chugoku
merupakan wilayah yang memiliki banyak lokasi wisata yang tersebar di berbagai
daerah dan terbentuk secara alami dan sesuai tradisi sejak zaman kuno, seperti
Ise Grand Shrine dan kuil yang berderet “Izumo Taisha”, salah satu bukit pasir
di Jepang “Guguk Pasir Tottori”, Kuil Itsukushima. Hiroshima yang merupakan
kota besar di wilayah Chugoku terkenal dengan dialeknya “~jaken” yang berarti
“~dakara (karena)”. “Buchi” yang berarti “totemo (sangat)” dan “irau” sama
dengan “sawaru (menyentuh)” juga dikenal luas.
9. Dialek Kyushu
Kyushu
merupakan pulau yang berada di selatan pulau Honshu. “Namba shiyotto?”
merupakan dialek wilayah ini dan memiliki arti sama dengan “nani wo shite imasu
ka?” (sedang melakukan apa?). Kalau di wilayah Kyushu, penggunaan akhiran “~to”
dan “~ba” yang berfungsi sama dengan “~wo (partikel penanda objek)” dan “~ga
(partikel penanda topik)”. Selain itu, penggantian “~desu ne (akhiran pada kalimat
bahasa Jepang yang berfungsi untuk meminta persetujuan lawan bicara atau
sebagai pemberi kesan halus/persuasi dalam berbicara)” dengan “~tai” ini pun
merupakan penyusunan bahasa yang khas dari wilayah Kyushu.
10.Dialek
Okinawa
Wilayah
Okinawa yang dulunya merupakan salah satu negara dengan sebutan “Kerajaan
Ryukyu” hingga zaman Meiji ini memiliki budaya unik yang mengakar. “Mensoore”
merupakan kata yang menunjukkan makna “irasshai (ungkapan selamat datang)”.
Pemahaman akan dialek seperti “wan” yang mengacu pada kata “jibun (diri
sendiri)” dan “unju” yang berarti “anata (Anda)” oleh orang-orang di luar
wilayah Okinawa sering kali menjadi hal yang sulit.
Source
: japancourseline.blogspot.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar