Sabtu, 23 Juli 2016

Koinobori, Lambang Perayaan Anak Laki-laki di Jepang

Ok mimin akan membahas ikan yang bukan berenang di air melainkan di udara  yang melambangkan tradisi di Jepang pada saat perayaan Kodomo no Hi yang jatuh pada tanggal 5 Mei dan merupakan penutupan dari rentetan hari libur saat Golden Week di Jepang.

Mungkin pembaca sering melihat ikan ini selalu dikibarkan pada Hari Anak-anak/こどもの日 (Kodomo no hi) yang  merupakan hari libur resmi di Jepang yang jatuh pada tanggal 5  Mei sebagai penutup bulan April dan pembuka bulan selanjutnya yaitu Mei. Pada tanggal ini di Jepang ada hari perayaan bagi anak-anak yang memiliki jiwa laki-laki, lho? kok cuma laki-laki? Perempuan gimana? jangan  khawatir, yang perempuan juga di rayakan kok tetapi di tanggal yang berbeda yaitu tanggal 3 Maret  dan bukan terhitung hari libur.

Pada hari anak ini terdapat tradisi yang sangat unik, salah satunya adalah memasang/mengibarkan didepan ataupun diatas rumah mereka yang memiliki anak laki-laki sebuah Koinobori lengkap (bendera berbentuk ikan mas). Koinobori ini terdapat beberapa warna dan arti tersendiri, ada yang berwarna warni, hitam, merah, biru, hijau dan warna lainnya.
Unsur-unsur pada Koinobori yaitu :
* Fukiganashi merupakan sarung angin yang berhiaskan lima kain warna yaitu biru, merah, kuning, hijau dan putih yang melambangkan unsur air, api, tanah, kayu dan logam. Menurut kepercayaan masyarakat, Fukiganashi digunakan sebagai penangkal segala penyakit.
* Koinobori hitam (magoi), melambangkan sosok seorang ayah, warna hitam bukan berarti ayahnya berkulit hitam ya, melainkan memberi arti pada sosok ayah yang bertanggung jawa  pada keluarganya.
* Koinobori merah (higoi), ukuran nya lebih kecil dibandingkan magoi, koinobori ini melambangkan sosok seorang ibu yang memiliki jiwa penyemangat serta cinta lahir maupun batin dalam menjaga dan merawat keluarga baik itu ayah maupun anak laki-laki mereka, urutan kebawah dari higoi ukurannya lebih kecil.
* Koinobori biru melambangkan putra sulung.
* Koinobori hijau melambangkan putra kedua, serta beberapa warna lainnya.

Asal Usul
Pada Buku Han Akhir yang merupakan salah satu dari buku sejarah resmi Cina menceritakan tentang sebuah air terjun di Sungai Kuning (Hanzi) yang alirannya sangat deras. Banyak ikan-ikan yang berusaha keras memanjat air terjun tersebut, namun hanya Koi yang berhasil memanjat dan HENSHIN! menjadi naga (bayangkan kalau ada 100 koi yang lolos, bisa jadi 100 naga). Oleh karena itu, Koi yang berhasil menaiki air terjun dijadikan simbol kesuksesan dalam hidup.

Tradisi ini dilakukan sejak pertengahan zaman edo oleh kalangan para Samurai. Mereka memiliki tradisi merayakan Tango no Sekku, dimana mereka membuat Koinobori dari kertas, kain atau kain bekas yang dijahit dan digambari ikan Koi. Koinobori dibuat agar bisa berkibar dan menggelembung jika tertiup angin.

Pada awalnya, orang Jepang hanya mengibarkan Koinobori berwarna hitam yang disebut magoi (真鯉?). Koi yang dikibarkan paling atas melambangkan putra sulung dalam keluarga. Sebagai hiasan yang dibuat untuk meramaikan perayaan, koinobori warna lain juga berangsur-angsur mulai dibuat dan semuanya melambangkan anak laki-laki dalam keluarga. Sejak zaman Meiji, Koinobori berwarna merah yang disebut higoi (緋鯉?) mulai dikibarkan untuk menemani Koinobori berwarna hitam. Tradisi pengibaran Koinobori biru dimulai sejak zaman Showa. Ukuran Koinobori biru (kogoi, 子鯉) lebih kecil dari Koinobori merah atau hitam dan melambangkan anak koi.

Pada zaman sekarang sering dijumpai Koinobori warna hijau dan orange yang dimaksudkan sebagai anak-anak koi. Di beberapa tempat di Jepang, koinobori bukan saja milik anak laki-laki. Koinobori yang melambangkan adanya anak perempuan dalam keluarga juga ingin ikut dikibarkan. Tersedianya koinobori warna cerah seperti oranye kemungkinan ditujukan untuk keluarga yang memiliki anak perempuan.

Pada 1931, pencipta lagu Miyako Kondo menulis lagu berjudul Koinobori. Dalam lirik lagu tersebut, koinobori yang besar dan berwarna hitam adalah bapak koi dan koinobori berwarna lain yang lebih kecil adalah anak-anak Koi. Konsep dari lirik lagu tersebut diterima secara luas di tengah rakyat yang sedang di bawah pemerintahan militer.

Seusai Perang Dunia II, peran wanita makin penting dan koinobori warna merah dipakai untuk melambangkan ibu koi. Satu set koinobori akhirnya secara lengkap melambangkan keluarga yang utuh : bapak, ibu dan putra-putrinya. Hingga kini, lagu Koinobori ciptaan Miyako Kondo tetap dinyanyikan anak-anak, namun liriknya tetap sama seperti ketika diciptakan pada tahun 1931.

Berkibarnya Koinobori, Lambang Perayaan Hari Anak Laki-laki di Jepang sudah menjadi pemandangan langka di kota-kota besar di Jepang. Makin sedikitnya keluarga di Jepang yang memiliki anak kecil mungkin menjadi penyebabnya. Selain itu, penduduk kota besar tidak lagi tinggal di kompleks perumahan, melainkan di apartemen (mansion) yang tidak memiliki halaman untuk mengibarkan koinobori.

Source :http://www.kampoenglampion.com/2014/10/koinobori-lambang-perayaan-hari-anak.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar