Ohayou Minna… mimin udah lama nih nggak ngepost, biasa lagi sibuk urusan kuliah.,
Kali ini berhubung di Jepang belum lama
diadakan Festival Tanabata tepatnya tanggal 7 juli kemarin, mimin mau share info tentang Tanabata nih., meskipun agak telat sih, tapi gapapa lah mending telat dari pada nggak.. hehehe✩✩
Legenda Tanabata di Jepang dan
Tiongkok mengisahkan bintang Vega yang merupakan bintang tercerah dalam rasi
bintang Lyra sebagai Orihime (Shokujo), putri Raja Langit yang pandai menenun.
Bintang Altair yang berada di rasi bintang Aquila dikisahkan sebagai penggembala
sapi bernama Hikoboshi (Kengyū). Hikoboshi rajin bekerja sehingga diizinkan
Raja Langit untuk menikahi Orihime. Suami istri Hikoboshi dan Orihime hidup
bahagia tapi Orihime tidak lagi menenun dan Hikoboshi tidak lagi menggembala. Raja
Langit sangat marah dan keduanya dipaksa berpisah. Orihime dan Hikoboshi
tinggal dipisahkan sungai Amanogawa (galaksi Bima Sakti) dan hanya diizinkan
bertemu setahun sekali di malam hari ke-7 bulan ke-7. Kalau kebetulan hujan
turun, sungai Amanogawa menjadi meluap dan Orihime tidak bisa menyeberangi
sungai untuk bertemu suami. Sekawanan burung Kasasagi terbang menghampiri
Hikoboshi dan Orihime yang sedang bersedih dan berbaris membentuk jembatan yang
melintasi sungai Amanogawa supaya Hikoboshi dan Orihime bisa menyeberang dan
bertemu.
Festival Tanabata dimeriahkan tradisi
menulis permohonan di atas tanzaku atau secarik kertas berwarna-warni. Tradisi
ini khas Jepang dan sudah ada sejak zaman Edo. Kertas tanzaku terdiri dari 5
warna (hijau, merah, kuning, putih dan hitam). Di Tiongkok, tali untuk mengikat
terdiri dari 5 warna dan bukan kertasnya. Permohonan yang dituliskan pada
tanzaku bisa bermacam-macam sesuai dengan keinginan orang yang menulis.
Kertas-kertas tanzaku yang berisi
berbagai macam permohonan diikatkan di ranting daun bambu membentuk pohon
harapan di hari ke-6 bulan ke-7. Orang yang kebetulan tinggal di dekat laut
mempunyai tradisi melarung pohon harapan ke laut sebagai tanda puncak perayaan,
tapi kebiasaan ini sekarang makin ditinggalkan orang karena hiasan banyak yang
terbuat dari plastik.
Tanabata dirayakan secara besar-besaran
di berbagai kota, seperti Sendai, Hiratsuka, Anjo dan Sagamihara. Perayaan
dimulai setelah Perang Dunia II dengan maksud untuk menggairahkan ekonomi,
terutama di wilayah Jepang bagian utara.
Di zaman dulu, Sendai sering
berkali-kali dilanda kekurangan pangan akibat kekeringan dan musim dingin yang
terlalu dingin. Di kalangan penduduk lahir tradisi menulis permohonan di atas
secarik kertas tanzaku untuk meminta dijauhkan dari bencana alam. Date Masamune
menggunakan perayaan Tanabata untuk memajukan pendidikan bagi kaum wanita dan
hiasan daun bambu mulai terlihat di rumah tinggal kalangan samurai dan penduduk
kota. Di zaman Meiji dan zaman Taisho, perayaan dilangsungkan secara
kecil-kecilan hingga penyelenggaraan diambil alih pusat perbelanjaan pada tahun
1927. Pusat perbelanjaan memasang hiasan Tanabata secara besar-besaran, dan
tradisi ini berlanjut hingga sekarang sebagai Sendai Tanabata.
Source : Japan Course
(@ine0489k)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar