Jumat, 23 Maret 2018

Ada yang Tahu Zaman Meiji?

Ini buat yang mau ambil jurusan sejarah Jepang
Yuk langsung disimak ajaa :)
Masa Meiji (1867 – 1912) merupakan salah satu periode yang paling istimewa dalam sejarah Jepang. Di bawah pimpinan kaisar Meiji, Jepang bergerak maju sehingga hanya dalam beberapa dasawarsa mencapai pembentukan suatu bangsa modern yang memiliki perindustrian modern dan lembaga-lembaga politik modern. Pada tahun-tahun pertama pemerintahannya, kaisar Meiji memindahkan ibukota kekaisaran dari Kyoto ke Edo. Edo pun berganti nama baru menjadi Tokyo (ibu kota Timur). Diumumkanlah undang-undang dasar yang menetapkan sebuah kabinet dan badan-badan legistlatif. Golongan-golongan masyarakat selama masa Edo yang membuat masyarakat menjadi terbagi berdasarkan kasta pun dihapuskan. Kaisar Meiji membawa pencerahan dalam membimbing bangsanya melewati peralihan yang sangat mencuat. Lalu berakhir pada saat wafatnya kaisar Meiji pada tahun 1912.
Restorasi Meiji dan Kekaisaran
Kaisar Meiji (Mutsuhito)
Tahun 1867, kaisar Mutsuhito yang baru berusia 15 tahun meneruskan kekuasaan ayahnya, kaisar Komei dan zaman baru Meiji yang berarti “aturan pencerahan” diumumkan. Restorasi Meiji pada tahun 1868 mengakhiri 265 tahun berdirinya tahun Keshogunan Tokugawa. Reformasi pertama adalah pengumuman Lima Pasal Dekrit (gokajou no goseimon) yang merupakan rencana politik baru pada tahun 1868, sebuah pernyataan umum mengenai visi dan misi pemerintahan Meiji untuk meningkatkan moralitas dan memperoleh dukungan finansial demi terbentuknya pemerintahan baru yang mengutamakan persatuan rakyat, baik petani, pedagang, para bangsawan maupun samurai untuk bersumpah di hadapan dewa. Isinya terdiri dari :
  1. Mendengarkan pendapat orang dan melaksanakan hal-hal yang penting.
  2. Semua orang menyatukan hati dan mematuhi Negara.
  3. Siapa pun dan dari pihak mana pun marilah memajukan kehidupan ini dan melaksanakan dengan hati yang terbuka.
  4. Perbaharui hal-hal yang buruk di masa lampau dan kembali ke jalan yang benar.
  5. Ambil dan terapkan ilmu-ilmu baru dari luar dan maju kembangkanlah Jepang sebagai negara kekaisaran.
Di dalam lima pernyataan resmi tersebut, kaisar mengadakan tukar menukar pendapat untuk mengembangkan pembangunan politik dan ekonomi. Dengan demikian Jepang akan menunjukkan kepada seluruh dunia bahwa mereka akan membangun negaranya dengan menuntut ilmu pengetahuan.
Namun di lain pihak, pemerintah tetap membuat kebijaksanaan politik melarang pemberontakan dan agama Kristen, maka keadaan dianggap sama dengan keadaan di zaman Edo sehingga terjadilah perlawanan rakyat. Perlawanan yang paling sengit datang dari Toba dan Fushimi yang disebut Boshin Sensou (Boshin Sensou : perang saudara diantara para han yaitu kubu yang menentang pembaharuan yang baru dibuat), karena masih terdapat mantan samurai di zaman Bakufu yang melawan pemerintahan baru dan pemberontakan pun berlanjut selama satu setengah tahun di Ueno (Tokyo), Aizu (Fukushima-ken), Boryokaku (Hakodate). Namun pergolakan tersebut akhirnya dapat diredam oleh tentara pemerintahan baru yang berpusat di Soccchoo, sehingga penyatuan Jepang pada zaman pemerintahan baru ini dapat diselesaikan.
Pemerintahan Meiji yang dimulai dengan bermacam-macam reformasi untuk membuat struktur lembaga politik baru yang berpusat pada kaisar. Pemerintahan baru atau reformasi pada masa ini disebut Restorasi Meiji. Pemerintahan yang baru pada tahun 1868 (Meiji II) memerintahkan kepada para Daimyou agar wilayah Han dan rakyat yang tinggal di wilayah tersebut dikembalikan dari Daimyou ke kaisar. Kebijakan selanjutnya keluar pada tahun 1871 (Meiji IV) yang memutuskan untuk menghapus sistem han (hidup hanya dengan beras yang diberikan oleh majikannya yaitu han, han = majikan), membagi seluruh negeri menjadi sistem ken (prefektur) serta dikirimkan pegawai pemerintahan langsung dari pusat, yang disebut pula Haihan Chiken (penghapusan tanah feodal dan pembentukan prefektur). Dengan begitu, pajak seluruhnya dikumpulkan oleh pemerintah dan pegawai pemerintah tinggal menerima gaji dari pemerintah.
Di samping itu, pemerintah menyatakan Shiminbyoudou (persamaan empat strata sosial atau kelas sosial yang baru), yaitu Kouzoku yaitu keluarga kaisar, Kazoku yaitu keluarga bangsawan, Shizoku yaitu keluarga samurai, Heimin yaitu rakyat biasa. Berdasarkan hal tersebut, masyarakat biasa pun berhak memiliki nama keluarga, pekerjaan ataupun tempat tinggal dengan bebas.
Pemerintahan
Pemerintah baru Meiji terus berupaya memajukan diplomasi. Awalnya pemerintah memikirkan cara untuk mengubah perjanjian-perjanjian antara negara Barat dan Bakufu yang dirasa kurang adil bagi rakyat Jepang. Selain itu, observasi digencarkan untuk mengirim wakil-wakil pemerintahan ke negara Barat. Namun negosiasi untuk memperbarui isi perjanjian-perjanjian tersebut sama sekali tidak ditanggapi oleh negara-negara Barat. Karena itu, pemerintah berpendapat bahwa akan lebih baik untuk membangun negara, mengembangkan industri dan memperkuat militer demi kepentingan negara daripada harus merevisi isi perjanjian.
Pada masa itu, yang mula-mula menjadi menteri adalah para pemimpin yang berasal dari Satsuma dan Choshu (persekutuan han bernama toubaku yang dulunya bertujuan menumbangkan Edo dan akhirnya melahirkan jaman Meiji). Tidak sedikit orang yang merasa tidak puas, terutama mereka para mantan samurai. Ini terutama karena kaum samurai yang kehilangan pekerjaan terpaksa harus berdagang. Sehingga akhirnya para mantan samurai melakukan pemberontakan di berbagai daerah.
Saigo Takamori dan lainnya menuntut pemerintahan baru agar kekuasaan para mantan samurai diarahkan, memberlakukan kembali politik isolasi, dan membuka Korea dengan paksa (seikanron). Namun atas anjuran Okubo Toshimichi, Kido Takayoshi, dan tokoh lainnya (orang-orang yang baru pulang dari Barat), perkembangan negara secara langsung lebih maju dan pemerintahan dalam negeri dilaksanakan lebih dahulu. Setelah diperkenalkannya pemikiran modern Barat, pemikiran mengenai hak rakyat, keadilan dan liberalisme meluas. Sehingga pada tahun 1881 dibentuk partai politik pertama di Jepang yaitu partai liberal oleh mantan samurai Itagaki Taisuke dan tahun berikutnya dibentuk partai konstitusional yang menghendaki parlemen seperti di Inggris. Lalu terbitlah petisi mengenai pembukaan parlemen berdasarkan pemilihan umum yang harus dilaksanakan pemerintah berdasarkan anggota majelis yang dipilih oleh rakyat. Dan terjadilah pertemuan yang dibuat di berbagai tempat yang mendirikan dan menyatukan Kokkau Kisodomei, yaitu gerakan yang mempelopori dibukanya pemilihan umum.
Tahun 1889 (tahun ke-22 Meiji) kaisar meresmikan undang-undang Dai Nihon Teikoku Kenpo (Konstitusi Kekaisaran Jepang Raya) sebagai konstitusi yang ditetapkan Tenno dan dikembangkan oleh rakyat. Dalam konstitusi parlemen terdiri dari majelis tinggi dan majelis rendah. Anggota majelis tinggi adalah keluarga kaisar, Tenno menunjuk siapa yang akan menjabat lalu dipilih oleh rakyat. Tetapi karena kuatnya cara berpikir kaisar, maka anggota majelis rendah (eksekutif, legislatif dan yudikatif) hanya bertanggung jawab pada kaisar dan tidak bertanggung jawab pada parlemen.
Kondisi Masyarakat
Modernisasi di bidang kebudayaan terus dilakukan pada tahun 1872 (Meiji V), pemerintah menetapkan sistem pendidikan dimana masyarakat yang memiliki pekerjaan dan status macam apapun dapat mengikuti pendidikan. Selain itu, pemerintah Meiji pun mengirimkan banyak mahasiswa ke negara-negara Eropa dan Amerika dan mengundang banyak ahli teknik dari negara-negara Barat. Kebudayaan Barat yang maju pun diadopsi oleh pemerintah. Di bidang kehidupan sehari-hari, diberlakukan kalender Solar Gregorian agama Kristen akhirnya diakui karena adanya kritik-kritik dari luar negeri. Teknik cetak berkembang sehingga koran yang menyebarluaskan politik dan humaniora banyak diterbitkan. Kebudayaan di kota-kota besar yang merupakan salah satu kebudayaan yang menghasilkan kombinasi seni cetak balok kayu, teater Kabuki, novel, mode pakaian, dan perpustakaan, kebanyakan terikat dengan Geisha atau perempuan yang hadir setiap kota tempat hiburan. Di Ginza, Tokyo, dibangun bangunan-bangunan bergaya Barat yang menggunakan batu bata merah dan jalan-jalan raya dinyalakan lampu-lampu gas yang menerangi jalan.
Memotong rambut kuncir menjadi pendek dan memakai pakaian ala Barat telah menjadi gaya hidup baru, di samping itu, daging sapi yang biasanya tidak dimakan akhirnya mereka makan dan mulai pada waktu itu banyak dijumpai restoran sukiyaki. Gaya hidup baru mencakup bidang ilmu pengetahuan, pendidikan, sandang, pangan, papan, dan lainnya adalah kebudayaan Barat yang baru yang semakin lama semakin diterima masyarakat dan disebut istilah Bunmei Kaika (masa peradaban dan pencerahan).
Di bidang pemikiran, diterapkan pemikiran Barat, seperti bahwa manusia semuanya bebas dan sederajat, dan memiliki hak yang sama untuk menuntut pemikiran untuk mendapatkan keadilan dalam mencapai kebahagiaan dan kebebasannya sehingga pemikiran ini akhirnya meluas di masyarakat. Dalam buku Fukuzawa Yukichi, terdapat kata-kata pendahuluan yang berbunyi “ten wa hito no ue ni, hito o tsukurazu, hito no shita ni hito o tsukurazu” (dewa tidak menciptakan manusia berada di atas dan di bawah). Maknanya adalah manusia itu sederajat dan tidak dibedakan berdasarkan status sosial.
Di bidang pendidikan, awalnya banyak petani yang tidak suka memasukkan anak-anaknya ke sekolah karena harus membayar uang sekolah. Namun kenyataannya semakin lama pendidikan sekolah dasar pun semakin meluas. Di bidang pendidikan tinggi, didirikanlah pendidikan tinggi Tokyo Igaku pada tahun 1877 (diganti namanya menjadi Universitas Teikoku pada tahun 1896, dan berganti lagi pada 1945 menjadi Universitas Tokyo); Fukuzawa Yukichi mendirikan sekolah swasta Keio; sedangkan Okuma Shigenobu mendirikan sekolah kejuruan Tokyo, Universitas Waseda. Perguruan-perguruan tinggi tersebut banyak menghasilkan tenaga ahli yang tidak kalah dari luar negeri. Pemerintah Meiji terus menyempurnakan bidang pendidikan semaksimal mungkin dan pada tahun 1890, wajib belajar yang merupakan dasar dari pendidikan akhirnya dicanangkan.
Seni dan Sastra
·   Seni
Sejarah kabuki pada zaman Meiji pun kepopulerannya tetap tidak tergoyahkan. Tapi sering menerima kritik, diantaranya kalangan intelektual menganggap isi cerita kabuki tidak sesuai untuk dipertunjukkan di negara orang beradab. Kalangan di dalam dan di luar lingkungan kabuki juga menuntut pembaruan di dalam kabuki, sehingga mau tidak mau dunia showbiz kabuki harus diubah sesuai tuntutan zaman. Kritik terhadap kabuki mengatakan banyak unsur dalam kabuki yang sebenarnya tidak pantas dimasukkan ke dalam drama kabuki, misalnya alur cerita yang tidak masuk akal, tema cerita yang kuno atau berbau feodal, dan trik panggung yang sekadar untuk membuat penonton takjub, seperti adegan aktor bisa “terbang” atau berganti kostum dalam sekejap. Akibat kritik yang diterima dunia showbiz kabuki sejak zaman Meiji berusaha mengadakan gerakan pembaruan dalam berbagai aspek teater kabuki. Gerakan pembaruan yang disebut Engeki Kairyo Undo juga melibatkan pemerintahan Meiji yang memang bermaksud mengontrol pertunjukan kabuki. Pemerintah Meiji bercita-cita menciptakan pertunjukan teater yang pantas dan bisa dinikmati kalangan menengah dan kalangan atas suatu “masyarakat yang bermoral”. Salah satu hasil gerakan pembaruan kabuki adalah dibukanya gedung Kabuki-za sebagai tempat pementasan kabuki. Selain itu, pembaruan juga melahirkan genre baru teater kabuki yang disebut Shimpa.
·   Sastra
Dalam langkah modernisasi dengan adanya Restorasi Meiji, Jepang pun turut memodernisasi bidang kesusastraan, dimulai dari tulisan Shobochi Shoyo berjudul Shosetsu Shinzui pada tahun 1885. Dalam Shoyo diungkapkan bahwa karya sastra bukanlah alat politik maupun moral, tapi merupakan seni yang memiliki makna sendiri, yang mengutamakan keindahan hidup dan realisme. Salah satu penulis novel yang terkenal pada masa itu adalah Futabatei Shimei yang menjadi pelopor dalam novel modern. Salah satu novel modernnya adalah Ukigumo, yang ditulis dalam bahasa kolokial (percakapan). Sampai saat ini, karya klasik seperti Goshunotoi karya Kodarohan dan Konjikiyasha karya Ozaki koyo masih banyak dibaca kalangan luas. Pada masa-masa itu bermunculan karya sastra yang dipublikasikan oleh Higuchi Ichiyo seperti Takekurabe, Nigorie, Jusanya dan lainnya. Karya-karya yang ditulis dengan gaya bahasa yang sangat indah itu menceritakan tentang seorang wanita yang harus menghadapi kesulitan di tengah masyarakat yang terikat oleh adat istiadat dan moral yang kuno. Tapi karya itu secara realistis masih bernapaskan puisi.
Selain itu, karya-karya baru di bidang puisi seperti waka dan haikupun lahir. Puisi, disebut pula Shintaishi dan karya-karya di bidang puisi bernafaskan romantis. Di bidang Haiku dan Waka, Masao Kashiki mengeluarkan majalah bernama Hototokisu yang melukiskan karya-karya Haiju dan Tanka. Yosano Aiko, dalam majalah Myojo menerbitkan Tanka yang bernafaskan romantisisme dan karya dengan imajinasi sastra. Setelah karya Ukigumo, banyak karya-karya beraliran naturalis yang mendapat pengaruh dari sastra asing bermunculan. Yang perlu diperhatikan adalah karya Shimazaki Toson yang berjudul Haikai. Haikai merupakan puncak dari karya sastra yang menggambarkan pergolakan batin seorang manusia, khususnya dunia remaja dan penderitaan yang dialaminya. Toson terus aktif menulis hingga zaman Showa ketika dia menulis kisah tentang kehidupan orang tuanya semasa sulit di zaman restorasi Meiji dalam novel berjudul Yoakemae. Sastra naturalisme merupakan gerakan modernisasi di bidang kesusastraan. Karya sastra Tayama Katai yang berjudul Futon memiliki pengaruh besar terhadap gerakan tersebut. Dalam perkembangan kesusastraan naturalisme tersebut, khususnya sejak pertengahan zaman Meiji hingga awal zaman Taisho, orang-orang yang berperan adalah Mori Ogai, Natsume Soseki, Ishikawa Takubaku.
Kondisi Ekonomi dan Industri
·   Ekonomi
Untuk melaksanakan pembaharuan, pertama-tama yang diperlukan oleh pemerintah Meiji adalah modal yang banyak. Maka untuk menetapkan pendapatan pajak, pemerintah memperbaharui cara-cara pemungutan pajak dari petani yang dikenal dengan istilah Chisokaisei. Pertama pemerintah memberikan sertifikat tanah kepada tuan tanah dan pemilik tanah pribadi, kemudian beras sebagai pajak tahunan diganti dengan uang kontan (Chiso Kaisei). Tetapi pembaharuan ini mahalnya kira-kira sama dengan zaman Edo. Beberapa petani yang tidak mampu membayar pajak harus menjual tanahnya, selain itu rakyat yang tidak memiliki tanah pribadi harus memberikan setengah dari jumlah beras yang diterimanya kepada tuan tanah.
Setelah pembaharuan pajak, 2 atau 3 anak laki-laki dari petani pemilik tanah pribadi maupun petani kecil biasa, meninggalkan desa dan menjadi buruh pabrik di kota besar. Reformasi pajak tanah membuat perekonomian menjadi stabil, akan tetapi pajak tanah yang jauh lebih tinggi dari pajak yang dibayar dengan beras dan hal ini yang membuat rakyat lebih menderita.
·   Industri
Industri modern Jepang, setelah tahun 1890, yang berusaha memajukan mekanisme di bidang industri pemintalan sutra, dan industri lainnya, ditandai dengan diimpornya benang katun dan benang sutera ke Amerika, Korea dan Cina. Perang Cina-Jepang dan Rusia-Jepang mengakibatkan Jepang memperoleh sumber-sumber kekayaan alam yang berlimpah. Pada tahun 1901, Jepang selesai membangun pabrik besi baja pertama yang dikelola pemerintah. Dengan demikian, terbentuklah dasar dari perkembangan industri berat, seperti industri baja dan industri pembuatan kapal, serta mesin-mesin industri.
Revolusi tersebut mengakibatkan meningkatnya kapitalisme dan timbulnya persoalan dalam masyarakat feodal. Di pedesaan, karena dipaksa membayar pajak yang tinggi, semakin banyak petani yang menjual tanah pribadinya sehingga jumlah petani miskin pun makin meningkat. Para petani kecil yang tidak bisa hidup di pedesaan lagi lebih memilih pergi ke perkotaan dan menjadi buruh pabrik. Namun kondisi pabrik tempat para petani itu bekerja sangat buruk. Di lain pihak, para tuan tanah lintah darat yang menimbun dan mengumpulkan tanah yang luas tidak bisa menanam sendiri, sehingga mereka yang membiayai hidup dengan cukai semakin bertambah. Selain itu, para tuan tanah yang menjadi anggota parlemen pun meningkat. Saat itu tuan tanah besar dan keluarga kapitalis yang mengelola perusahaan, memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap politik Jepang.
Bersamaan dengan perkembangan industri modern, maka modal diakumulasikan pada industri-industri besar dan keluarga kapitalis yang bepengaruh (Zaibatsu). Di bidang keuangan, perdagangan luar negeri, transportasi, pertambangan, dan bidang lain, diadakan pengelolaan multidimensi sehingga bank akhirnya menguasai modal industri. Dalam keadaan seperti itu, paham pemikiran masyarakat juga meluas di Jepang. Pergerakan para petani kecil dan para buruh dalam upaya memperbaiki kehidupannya sering terjadi. Namun pemerintah membuat undang-undang yang pengawasannya dilakukan secara ketat.
Dengan kebijakan politik tentang pendidikan wajib yang dilaksanakan di seluruh Jepang, pemerintah Meiji mengadakan perubahan mendasar secara sosial, yaitu dengan merubah kesadaran setiap orang terhadap fungsi negara. Orang Jepang yang pada masa pemerintahan Tokugawa masih berfikir kedaerahan, pada masa Meiji diharuskan mempunyai pemikiran atau kesadaran nasional (satu kebijakan pendidikan yang bersifat nasionalistik). Perubahan kesadaran orang per orang dari kedaerahan menjadi nasional seperti inilah yang merupakan hasil terpenting perubahan yang dilakukan oleh pemerintah Meiji dalam bidang pendidikan.
Source : https://www.kompasiana.com/deajiwapraja/zaman-meiji-1867-1912_5518cd42a333119911b65923

Tidak ada komentar:

Posting Komentar